Rangkuman KM 53 tahun 2000

RANGKUMAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 53 TAHUN 2000

KM Nomor 53 Tahun 2000 menjelaskan tentang perpotongan dan/ atau persinggungan antara jalur kereta api dengan bangunan lain.

Penjelasan:

• PERPOTONGAN

perpotongan antara jalur kereta api dengan bangunan lain dapat berupa perpotongan sebidang atau perpotongan tidak sebidang. sedangkan perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan disebut perlintasan. perlintasan sebudang sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) dapat dibuat pada lokasi dengan ketentuan :

1. kecepatan kereta api yang melintas pada perlintasan kurang dari 60 km/jam
2. selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya (head way) yang melintas pada lokasi tersebut min 6 menit
3. jalan yang melintas adalah jalan kelas 3
4. jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada satu jalur kereta api tidak kurang dari 800 meter
5. tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atau tikungan jalan
6. terdapat kondisi lingkungan yang memungkinkan pandangan bebas bagi masinis kereta api pada jarak min 500 meter maupun pengemudi kendaraan bermotor dengan jarak minimal 150 meter

untuk melindungi keamanan dan kelancaran pengoperasian kereta api pada perlintasan sebidang, kereta api mendapatkan prioritas berlalu lintas. untuk hal itu, setiap perlintasan sebidang wajib dilengkapi dengan:

1. rambu peringatan yang terdiri dari rambu persilangan datar dengan lintasan kereta api berpintu, rambu peringatan persilangan datar dengan lintasan kereta api tanpa pintu, rambu peringatan hati-hati
2. rambu larangan yang terdiri dari rambu larangan berjalan terus, wajib berhenti sesaat dan meneruskan perjalanan setelah mendapat kepastian aman dari lalu lintas arah lainnya, rambu larangan berjalan terus pada persilangan-persilangan sebidang lintasan kereta api jalur tunggal, wajib berhenti sesaat untuk mendapatkan kepastian aman, dan rambu larangan berjalan terus pada perlintasan sebidang lintasan kereta api jalur ganda, wajib berhenti sesaat untuk mendapat kepastian aman
3. marka berupa pita penggaduh

 kemudian dilengkapi pula dengan pintu perlintasan, lampu satu warna yang berwarna merah, dan isyarat suara adanya kereta api melintas
perpotongan di atas jalur kereta api berupa kabel yang melintasi jalur kereta api, jalan layang (fly over), dan prasarana lain yang melintasi jalur kereta api. sedangka  perpotongan di bawah jalur kereta api berupa penanaman kabel atau pipa atau prasarana lain dan jalan di bawah jalur kereta api (under pass)

• PERSINGGUNGAN

penanaman pipa atau kabel atau bangunan lain yang bersinggungan dan yang sejajar dengan jalur kereta api, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. jarak penggalian dan penempatan lobang perawatan atau pipa atau prasarana lain harus menjamin keselamatan konstruksi dan pengoperasian kereta api
2. kedalamannya minimal 1 meter di bawah permukaan tanah
3. pemasangan kabel atau pipa atau prasarana lain harus menggunakan pelindung / pengaman

• PERIZINAN

 perlintasan atau perpotongan atau persinggungan dengan jalur kereta api harus mendapatkan izin yang diberikan oleh Direktur Jenderal. untuk memperoleh izin, pemohon harus mengajukan permohonan kepada pemberi izin dengan dilengkapi:

1. gambar lokasi
2. jenis perlintasan, jenis perpotongan, atau jenis persinggungan yang akan digunakan
3. gambar teknis
4. sistem pengamanan yang digunakan
5. metode kerja yang digunakan
6. analisis mengenai dampak lingkungan
7. analisis mengenai damapak lalu lintas jalan untuk perlintasan dan operasi kereta api

pemegang izin mempunyai kewajiban:

1. memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin dan perjanjian yang ditandatangani
2. melaporkan pelaksanaan pembangunan
3. menyelesaikan pembangunan pada waktu yang telah ditentukan
4. mematuhi peraturan perundang - undangan di bidang perkeretaapian

izin akan dicabut bila:

1. pemegang izin melanggar kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 15
2. kondisi lingkungan sudah berubah sehingga tidak memenuhi persyaratan